Jumat, 05 Oktober 2012

teori teori antropologi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Antropologi berasal dari bahasa Yunani Anthropos yang berarti manusia dan Logos yang berarti wacana (dalam pengertian "bernalar", "berakal").
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Terlepas dari jenis penelitian tentang Antropologi maka harus memperoleh banyak informasi tentang pendekatan Antropologi baik secara umum atau khusus yang digunakan dalam ilmu social. Fungsi dari pendekatan ini adalah untuk mengetahui peistiwa-peristiwa yang dialami oleh manusia, yang menyangkut kajian tentang satu hal atau lebih secara intensif. Data yang dikumpulkan dapat diperoleh dengan berbagai cara. Pendekatan antropologi ini di samping digunakan dalam penelitian ilmu social, juga dapat memberikan kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Pendekatan dan teori-teori yang digunakan dalam Antropologi tidak sama. Terdapat beberapa pendekatan dan teori yang berbeda dari para Antropolog. Itulah sebabnya makalah ini ditulis untuk mengetahui bagaimana pendekatan dan teori-teori Antropologi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah “Apa saja Pendekatan dan teori antropologi”.

1.2  Tujuan
Mengetahui dan memahami Pendekatan dan Teori Antropologi.

1.3  Manfaat
1
Makalah ini diharapakan dapat memberikan kontribusi pada mahasiswa dalam mempelajari Pendekatan dan Teori teori antropologi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang pendekatan dan teori teori antropologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Pendekatan Antropologi
            Studi kebudayaan adalah sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama antropologi adalah kebudayaan dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3 macam pendekat utama yang biasa dipergunakan oleh para ilmuwan antropologi.
a.       Pendekatan holistic :
Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut. Para pakar antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah, geografi, ekonomi, teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi (simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti perkawinan dalam suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus memahami dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.      Pendekatan komparatif :
Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan komparatif juga merupakan pendekatan yang unik dalam antropologi untuk mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para ilmuwan antropologi paling sering mempelajari masyarakat pra-aksara karena 2 alasan utama. Pertama, mereka yakin bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada populasi-populasi di sebanyak mungkin daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari keseluruhan kebudayaan masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari pada masyarakat-masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat pra-aksara yang hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi para ilmuwan antropologi.
c.       Pendekatan historic :
2
Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan. Pendekatan dan unsur-unsur historik mempunyai arti yang sangat penting dalam antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-tama pada asal-usul historik dari unsur-unsur kebudayaan, dan setelah itu tertarik pada
unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus.

2.2 Teori Teori Dalam Antropologi
a.       Teori Evolusi Deterministrik
            Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi, ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum (aturan) universal yang mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Menurut teori ini setiap kebudayaan mengalami evolusi melalui jalur dan fase-fase yang sudah pasti.
b.      Teori Difusi
            Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu bumi, yang memberiakn suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah. Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi. 
3
3
                        Teori difusionisme memiliki kelebihan yang patut menjadi catatan dalam kajian antropologi. Teori difusi memiliki kelebihan karena merupakan pandangan awal yang menyatakan bahwa kebudayaan yang ada merupakan sebaran dari kebudayaan lainnya. Di samping itu, dari sini terdapat cara pandang baru yang meletakkan dinamika dan perkembangan kebudayaan tidak hanya dalam bentang waktu saja, tetapi juga dalam bentang ruang, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Perry dan Smith dalam pemikirannnya. Kelebihan lainnya adalah para pengusung teori ini telah menggunakan analisis komparatif yang berlandaskan pada standar kualitas dan kuantitas dalam menentukan wilayah persebaran kebudayaan sebagaimana yang yang mereka yakini. Kelebihan lainnya adalah para penyokong teori ini sangat memperhatikan setiap detail catatan mengenai kebudayaan sehingga mereka mendapatkan beragam hubungan atau keterkaitan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Dan kelebihan yang terpenting dari teori ini adalah penekanan mereka pada penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang lebih dan akurat, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Boas yang kemudian diikuti oleh para murid yang menjadi pengikutnya selanjutnya.
Teori difusionisme tidak lepas pula dari beragam kelemahan atau kekurangan. Secara umum, teori difusi kebudayaan memiliki kelemahan dari sisi data karena tidak memilki dukungan data yang cukup dan akurat dan  pengumpulan data tidak dilakukan melalui prosedur dan metode penelitian yang jelas. Hal ini misalnya tampak pada kesimpulan teori ini yang mengatakan bahwa peradaban-peradaban kuno di bumi sebenarnya berasal dari orang-orang Mesir. Hal ini memperlihatkan pandangan para pengusungnya yang sangat Mesir-Sentris hanya karena kekaguman mereka dan keterpesonaan mereka dengan kebudayaan negeri Fir’aun ini setelah lama melakukan penelitian di tempat ini.
Kelemahan lain yang ada dalam teori ini adalah terletak pada metode yang mereka gunakan dalam melakukan penelitian yang tidak memperbandingkan kebudayaan-kebudayaan yang saling berdekatan. Dalam penelitiannya, para pengusung teori ini hanya melakukannya berdasarkan pada ketersediaan data yang ada saja karena pada kenyataannya untuk sampai pada sebuah kesimpulan sebagaimana di atas mereka tidak pernah melakukan penelitian lapangan yang menjadi tuntutan untuk mengemukakan sebuah pernyataan yang berujung pada pembentukan teori.
4
4
                        Kelemahan lainnya yang terdapat dalam teori ini adalah karena keterikatan mereka dengan catatan sejarah sebagai bagian dari model teori yang mereka gunakan. Akibatnya, tidak semua sejarah yang berkaitan dengan suku-suku tertentu dapat diungkapkan karena beragam sebab yang diantaranya karena belum adanya peneliti yang melakukan kajian terhadap suku tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikritik oleh Malinowski dan Brown yang melakukan penelitian sejarah terhadap suku yang masih sederhana di kalangan orang Andaman. Tetapi karena keterbatasan data yang menerangkan mengenai keberadaan mereka, maka penelitian dengan menggunakan teori difusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Boas dan kawan-kawannya.
c.       Teori Fungsionalisme
            Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi berperanserta (participant observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
     Ada dua hal yang paling menonjol yang diutarakan oleh Grabb mengenai fungsionalis:
1. Pengamat berkeyakinan bahwa jika struktural fungsionalis menguraikan tugas-tugas masyarakat sebagai fungsi, maka mereka sebenarnya mempromosikan pandangan bahwa struktur-struktur dan institusi-institusi dari masyarakat yang ada adalah baik dan ideal yang berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Implikasinya adalah, bahwa setiap perubahan dalam tatanan yang sudah mantap dalam konteks ini niscaya disfungional yakni terganggunya kerja masyarakat yang setabil, jadi para pengeritik berkeyakinan bahwa struktural fungsionalis secara tersirat mengadopsi begitu saja pandangan bahwa struktur sosial itu tidak berubah, kadang-kadang dikombinasikan dengan diabaikannya perubahan sosial.
5
2. Gagasan fungsi berkenaan dengan bagaimana kita memutuskan, andai kata sesuatu berfungsi atau tidak berfungsi struktur atau institusi atas dasar apakah struktur atau institusi tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Bagi kritikus penilaian semata-mata atas dasar ini menyiratkan bahwa suatu struktur atau sistem aturan dianggap fungsional selama ini ia memenuhi tugas-tugas tertentu dalam masyarakat yang terpenting tak soal konsekwensi-konsekwensinya.
d.      Teori Strukturalisme
Teori Strukturalisme adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan struktur pikiran manusia, yakni struktur dari poses pikiran manusia yang oleh kaum strukturalis dipandang sama secara lintas budaya. strukturalisme adalah fenomena sosial yang secara internal dihubungkan dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak disadari. Strukturalisme adalah metodologi yang menekankan struktur daripada substansi dan hubungan daripada hal. Hal ini menyatakan bahwa sesuatu selalu keluar hanya sebagai elemen dari penanda suatu sistem.
e.       Teori Antropologi Kognitif
Bidang antropologi kognitif berfokus pada studi tentang hubungan antara budaya manusia dan pikiran manusia. Antropolog kognitif mempelajari bagaimana orang memahami dan mengatur material objek, peristiwa, dan pengalaman yang membentuk dunia mereka sebagai orang yang mereka belajar memahaminya.


















6
 

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
     Antropologi berasal dari bahasa Yunani Anthropos yang berarti manusia dan Logos yang berarti wacana (dalam pengertian "bernalar", "berakal").
Pendekatan Antropologi
a.       Pendekatan Holistik
b.      Pendekatan komparatif
c.       Pendekatan historic
Teori Teori Dalam Antropologi
a.       Teori Evolusi Deterministrik
Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi, ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum (aturan) universal yang mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia.
b.      Teori Difusi
Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904)
c.       Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang Dunia II
f.       Teori Strukturalisme
Teori Strukturalisme adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan struktur pikiran manusia, yakni struktur dari poses pikiran manusia yang oleh kaum strukturalis dipandang sama secara lintas budaya. strukturalisme adalah fenomena sosial yang secara internal dihubungkan dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak disadari.
g.      Teori Antropologi Kognitif
7
Bidang antropologi kognitif berfokus pada studi tentang hubungan antara budaya manusia dan pikiran manusia. Antropolog kognitif mempelajari bagaimana orang memahami dan mengatur material objek, peristiwa, dan pengalaman yang membentuk dunia mereka sebagai orang yang mereka belajar memahaminya

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa apa yang kami tulis masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan, baik dari segi isi (materi) dan sistematika penulisan. Oleh karena itu, penulis meminta sumbangsi saran dan pemikiran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk setiap orang yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

_______, Research Antropologi Teori and my experience in applied. Retrevied at September 12, 2012. From http://antropolog.wordpress.com
Mahdi, Adnan. (2012). Research Pendekatan Antropologi dan Sosiologi. Retrevied at September 11, 2012. From http://awalbarri.wordpress.com

Baharuddin, M. Achwan. (2011). Research Metode dan Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama . Retrevied at September 11, 2012. From http://achwanruhayyun.blogspot.com

Koentjaraningrat. 2002. PengantarIlmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Fatoni, Abdurrahman. 2006. Antropologi sosial budaya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Keesing. Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar