Sabtu, 06 Oktober 2012

Hematoma


BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi Hematoma
·      Hematoma adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah yang terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. ( www.ratihrohmad.wordpres.com )
·      Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. ( www.majalah-farmacia.com )
·      Istilah hematoma menggambarkan darah yang telah menggumpal. ( Kamus kedokteran, 2007 )


1.2  Tipe-tipe Hematoma
Hematoma seringkali digambarkan berdasarkan lokasi mereka. Hematoma mungkin terjadi dimana saja dalam tubuh. Tidak perduli bagaimana hematoma digambarkan atau dimana ia berlokasi, ia tetap koleksi (kumpulan) dari darah-darah yang menggumpal diluar pembuluh darah. Hematoma yang paling berbahaya adalah yang terjadi didalam tengkorak. Karena tengkorak adalah kotak yang tertutup, segala yang mengambil ruang meningkatkan tekanan didalam kotak itu dan berpotensi mengganggu kemampuan otak untuk berfungsi. Tipe Hematoma berdasarkan lokasi yaitu :
a.    Epidural hematoma terjadi karena trauma, seringkali pada pelipis (temple), dimana arteri meningeal tengah berlokasi. Perdarahan berakumulasi dalam ruang epidural, diluar 'dura' yang adalah lapisan dari otak. Karena cara dura melekat pada tengkorak, hematomas kecil dapat menyebabkan tekanan yang signifikan dan luka otak.
b.    Subdural hematoma juga terjadi karena trauma namun luka biasanya pada vena-vena dalam otak. Ini menyebabkan kebocoran darah yang lebih lambat, yang memasuki ruang 'subdural' dibawah dura. Ruang dibawah dura memunyai lebih banyak ruang untuk darah berakumulasi sebelum fungsi otak menderita. Ketika orang-orang menua, mereka kehilangan beberapa jaringan otak dan ruang subdural adalah relatif lebih besar. Perdarahan kedalam ruang subdural mungkin adalah sangat lambat, berangsur-angsur berhenti, dan tidak menyebabkan gejala-gejala akut. Hematoma subdural kronis ini seringkali ditemukan secara kebetulan pada computerized tomography (CT) scans sebagai bagian dari evaluasi pasien untuk kebingungan atau karena kajadian traumatic lain yang terjadi.
c.    Intracerebral hematoma terjadi didalam jaringan otak sendiri. Intracerebral (intra= didalam + cerebrum=otak) hematoma mungkin disebabkan oleh perdarahan dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, kebocoran atau pecahnya aneurysm, trauma, tumor atau stroke.
d.   Scalp hematoma terjadi diluar tengkorak dan seringkali dapat dirasakan sebagai benjolan pada kepala. Karena luka adalah pada kulit dan lapisan-lapisan otot diluar tengkorak, hematoma sendiri tidak dapat menekan pada otak. Bagaimanapun, hematoma kulit kepala memberi sinyal bahwa telah ada luka kepala dan adalah penting untuk memastikan bahwa perdarahan dalam telah tidak terjadi didalam tengkorak. Ada keberagaman petunjuk-petunjuk tersedia pada dokter untukmembantu dalam menilai apakah pasien akan memerlukan pengujian lebih lanjut untuk menyelidiki segala perdarahan dalam otak.
e.    Aural atau ear hematoma mungkin terjadi jika luka menyebabkan perdarahan pada helix bagian luar atau struktur tulang muda telinga. Seringkali disebut boxer's, wrestler's ear, atau cauliflower ear, darah terperangkap antara lapisan yang tipis dari kulit dan tulang rawan sendiri. Karena tulang rawan telinga mendapatkan pasokan darahnya secara langsung dari kulit yang terletak diatasnya, hematoma dapat mengurangi aliran darah yang menyebabkan bagian-bagian dari tulang rawan mengerut atau melayu dan mati. Skenario ini berakibat pada telinga yang berbenjol dan berubah bentuk.
f.     Septal hematoma terjadi dengan trauma hidung. Septal hematoma mungkin terbentuk berhubungan dengan hidung yang patah. Jika tidak dikenali dan dirawat, tulang rawan dapat terurai dan menyebabkan perforasi (pelubangan) dari septum.
g.    Orthopedic injuries seringkali dihubungkan dengan pembentukan hematoma. Tulang-tulang adalah struktur-struktur yang sangat vaskular karena sumsum adalah dimana sel-sel darah dibuat. Patah-patah tulang selalu dihubungkan dengan hematomas pada tempat patah tulang. Patah-patah tulang dari tulang-tulang yang panjang seperti paha (femur) dan lengan bagian atas (humerus) dapat dihubungkan dengan jumlah perdarahan yang signifikan, adakalanya sampai satu unit darah atau 10% dari pasokan darah tubuh.
h.    Pelvic bone fractures dapat juga berdarah secara signifikan karena ia mengambil jumlah yang besar dari tenaga untuk mematahkan tulang-tulang ini dan adalah sangat sulit untuk menekan area untuk mengurangi jumlah perdarahan. Pelvic hematomas tersembunyi dan jumlah kehilangan darah mungkin sulit untuk dinilai.
i.      Intramuscular hematoma dapat menjadi sangat menyakitkan yang disebabkan oleh jumlah pembengkakan dan peradangan. Beberapa otot-otot dikelilingi oleh pita-pita yang kuat dari jaringan-jaringan. Jika cukup perdarahan terjadi, tekanan didalam kompartmen-kompartmen dapat meningkat ke titik dimana 'compartment syndrome' dapat terjadi. Pada situasi ini, pasokan darah dari otot dikompromikan dan otot dan struktur-struktur lain seperti syaraf-syaraf dapat menjadi rusak secara permanen. Ini paling umum terlihat pada kaki bagian bawah dan lengan bagian bawah.
j.      Subungual hematoma adalah akibat dari luka-luka ruam pada jari-jari tangan atau jari-jari kaki. Perdarahan terjadi dibawah kuku tangan atau kuku kaki dan karena ia terperangkap, tekanan membangun yang menyebabkan nyeri. Trephination, atau pemboran lubang melalui kuku untuk mengeluarkan gumpalan darah, membebaskan tekanan dan membebaskan luka. Kuku yang baru tumbuh melalui waktu.
k.    Memar-memar dan luka-luka memar (contusions) dari kulit (ecchymosis) adalah istilah-istilah yang menggambarkan subcutaneous hematoma. Ini terjadi disebabkan oleh trauma atau luka-luka pada pembuluh-pembuluh darah superficial dibawah kulit. Individu-individu yang meminum obat-obat anti-coagulant adalah lebih cenderung pada subcutaneous hematomas.
l.      Intra-abdominal hematoma dan hemorrhage mungkin disebabkan oleh keberagaman dari luka-luka atau penyakit-penyakit. Tidak perduli bagaimana darah sampai kedalam perut, penemuan klinis adalah peritonitis (iritasi dari lapisan perut). Hematomas mungkin terjadi pada organ-organ yang padat seperti hati, limpa, atau ginjal. Mereka mungkin terjadi didalam dinding-dinding dari usus besar (bowel), termasuk usus kecil (duodenum, jejunum, ileum) atau usus besar (colon). Hematomas munkin juga terbentuk didalam lapisan perut yang disebut peritoneum atau dibelakang peritoneum dalam ruang retroperitoneal (retro=belakang).
m.  Mengeluarkan gumpalan-gumpalan atau hematoma adalah keluhan yang umum ketika wanita-wanita menstruasi. Darah dapat berakumulasi dalam vagina sebagai bagian dari mens-mens yang normal dan sebagai gantinya mengalir keluar segera, ia mungkin membentuk gumpalan-gumpalan darah kecil. Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah setelah melahirkan bayi juga adalah relatif umum. Bagaimanapun, perdarahan vagina dan mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah atau hematomas ketika hamil adalah tidak normal dan harus menjadi tanda untuk mencari perhatian medis.

1.3  Penyebab Hematoma
Trauma adalah penyebab yang paling umum dari hematoma.
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesik dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.



Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir.
 -    Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan servik atau vagina.
-     Robekan Serviks.
      Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri.
-     Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum
-          Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.

1.4  Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu dan terasa sangat tegang serta nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau Solusio plasenta terjadi sekitar 1 % dari semua kehamilan di seluruh dunia. Solusio plasenta terjadi sekitar 1 % dari semua kehamilan di seluruh dunia pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi. Salah satu faktor reproduksi ialah usia ibu hamil dan paritas. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian operator.

1.5  Gejala-Gejala Dari Hematoma

     Tanda dan gejala hematoma :

Hematoma tidak selalu tampak dan bahkan bisa terletak di antara jahitan, tapi   tanda atau gejala biasanya seperti berikut :

ü  Nyeri berat pada vagina atau vulva atau rectal

ü  Tekanan pada vagina atau vulva atau rectal tak henti-henti

ü  Tampak masa yang membuat deviasi vagina dan rectum

ü  Pemeriksaan internal mungkin tidak bisa ditoleransi karena menyebabkan nyeri yang tidak tertahan bagi ibu, yang dengan sendirinya membantu mendiagnosis hematoma

ü  Tanda lain meliputi : pembengkakan yang berubah warna dan terisi darah, jaringan edema, tanda syok hipovolemik

( Vicky Chapman, 2006 )

 

 

 

Tanda dan gejala :

VAGINA/VULVA

ü  Tekanan pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih dan rectum

ü  Nyeri berat

ü  Tegang, bengkak yang berfluktuasi

ü  Perubahan warna dari biru sampai biru kehitaman

          Ligamen Yang meluas

ü Nyeri pada uterus bagian lateral, sensitive pada palpasi

ü Nyeri pada panggul

ü Terasa menonjol pada pemeriksaan rectum bagian atas

ü Distensi abdomen

ü Daerah jaringan yang teraba secara lateral berada diatas tepi panggul

( Helen Varney, 2002 )

Hematoma menyebabkan iritasi dan peradangan. Gejala-gejala tergantung pada lokasi mereka dan apakah ukuran dari hematoma atau pembengkakan dan peradangan yang berhubungan menyebabkan struktur-struktur yang berdekatannya terpengaruh. Gejala-gejala umum dari peradangan termasuk kemerahan, nyeri, dan bengkak. Pada umumnya, superficial hematomas dari kulit, jaringan lembut, dan otot cenderung hilang melalui waktu. Tekstur awal yang keras dari gumpalan darah berangsur-angsur menjadi lebih seperti spon dan lembut karena gumpalan yang terurai oleh tubuh bentuknya berubah ketika cairan mengalir hilang dan hematoma merata. Perubahan-perubahan warna dari memar yang ungu-biru ke kuning-kuning dan coklat-coklat ketika kimia-kimia darah secara berangsur-angsur dikeluarkan dan hematoma menghilang. Tergantung pada lokasinya, pelunturan-pelunturan warna mungkin berjalan melalui bidang-bidang jaringan yang berbeda oleh gaya berat. Contohnya, hematoma dahi mungkin menyebabkan memar dibawah mata-mata dan nampak berjalan ke leher ketika ia menghilang melalui waktu. Intracranial, epidural, subdural, dan intracerebral hematoma seringkali memerlukan neurosurgical intervention untuk menstabilkan luka.

1.6  Komplikasi-Komplikasi Dari Hematoma

Hematoma menyebabkan pembengkakan dan peradangan. Adalah seringkali dua konsekuensi-konsekuensi ini yang menyebabkan iritasi dari organ-organ dan jaringan-jaringan yang berdekatan dan menyebabkan gejala-gejala dan komplikasi-komplikasi dari hematoma. Satu komplikasi yang umum dari semua hematomas adalah risiko infeksi. Sementara hematoma terbentuk dari darah tua, ia tidak mempunyai pasokan darah sendiri dan oleh karenanya berisiko untuk kolonisasi dengan bakteri-bakteri.


1.7  Penanganan
1.      Penanganan hematoma
-          Untuk ukuran kecil kurang dari 3 cm, observasi dan analgesi adalah tindakan yang dilakukan
-          Untuk hematoma yang lebih besar, analgesia dan tindakan segera adalah penting
-          Kebanyakan hematoma memerlukan intervensi bedah yaitu insisi drainase, dan pengikatan pembuluh darah, diikuti dengan tampon atau penjahitan bila jaringan tidak terlalu rapuh atau rusak. Seharusnya dilakukan dengan menggunakan anastesia yang sesuai. Antibiotika dapat diresepkan
-          Tangani hipovolemi bila ada
-          Diagnosis segera perlu dilakukan
-          Pindah ke rumah sakit dengan ambulans paramedis
2.      Penanganan Hematoma vulva
-          Penangann hematoma tergantung pada lokasi dan besarnya hematoma. Pada hematoma yang kecil tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres
-          pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan presyok, perlu segera dilakuakn pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan disepanjang bagian hematoma yang paling teregang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kassa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kassa tersebut diluar (tamponade)
-          Robekan dinding vagina
Pada prinsipnya sama dengan robekan yang lain yaitu robekan dijahit, namun jika terjadi kolporeksis dan fistula visikovaginal sebaiknya dilakukan dikamar operasi
-          Robekan cerviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster (gambar 4.3) kemudian serviks ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung untuk menghentikan perdarahan.
(http://igdrembang.blogspot.com/2009/05/perlukaan-jalan-lahir.html)
3.      Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
-       Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.
Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
-       Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
-       Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
-       Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.
-       Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
-       Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif
-       Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
-       Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
-       Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.

Jumat, 05 Oktober 2012

Nifas dan HPP


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Masa Nifas
  1. Pengertian
·      Masa nifas adalah pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu.                                                         
(Mochtar, Rustam. 1998 : 115)
·      Masa Puerperium atau nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Prawirohardjo. 1999 : 273)
·      Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Dijumpai dua kegiatan penting pada puerperium yaitu involusi uterus dan proses laktasi.
(Manuaba. 1998 : 190)
  1. Periode Nifas
Nifas dibagi 3 periode, yaitu :
·      Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, dan berjalan-jalan. Dengan agama dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
·      Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu




·      Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna bi;a selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu – minggu, bulanan atau tahunan.
(Mochtar, Rustam. 1998)
  1. Perubahan Fisiologis, Anatomi, dan Psikologis pada Masa Nifas
Selama periode nifas terjadi banyak perubahan pada wanita, baik secara anatomi, fisiologis, maupun dari segi psikologis. Perubahan tersebut diantaranya adalah :
a.       Hormonal
·         Beberapa jam setelah plasenta terlepas, kadar hormon plasenta (LH dan HCG) menurun dengan cepat. Dalam 2 hari LH sudah tidak terdeteksi dalam serum dan HCG dalam waktu 10 hari juga tidak dapat terdeteksi
·         Kadar estrogen dan progesterone dalam serum menurun dalam waktu 3 hari post partum, dan mencapai kadar normal sebelum hamil dalam waktu 7 hari post partum
·         Hormon prolaktin meningkat setelah bayi menyusui
b.      Sistem Kardiovaskuler
·        Pulih dalam keadaan seperti sebelum hamil dalam waktu 2 minggu
·        Pada 24 jam pertama, beban tambahan pada jantung yang disebabkan oleh adanya hipovolemik
·        Penurunan kadar estrogen menyebabkan terjadi dieresis yang berlebihan dan plasma darah tidak begitu mengandung cairan, sehingga daya koagulasi meningkat
Hal ini harus dicegah dengan ambulasi dini
·        Jumlah sel darah dan hemoglobin akan kembali normal pada hari ke-5
c.       Sistem Gestasional
Seringkali terjadi konstipasi karena :
·        Faal usus belum normal, akan kembali normal dalam 3 – 4 hari
·        Asupan makanan yang menurun selama proses persalinan dan hari pertama pasca persalinan
·        Rasa nyeri pada bagian perineum yang mungkin dapat menghalangi keinginan BAB
·        Gerakan tubuh berkurang
d.      Traktus Urinarius
·         Dalam waktu 24 jam pertama kemungkinan terjadi kesulitan BAK, karena kemungkinan terjadi spasme sfingter dan oedema leher buli-buli, setelah mengalami kompresi oleh kepala janin dengan tulang symphisis selama proses persalinan
·         Terjadi dieresis dalam waktu 12 – 36 jam post partum, karena kadar estrogen yang bersifat retensi air.
e.       Uterus
Ukuran Tinggi Fundus Uteri
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi Lahir
Uri Lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat symphisis
Tidak teraba di atas symphisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gr
750 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr

f.       Luka Bekas Implantasi Plasenta
Plasenta bisa mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kanan uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
g.      Lochea
Adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.


1)   Lochea rubra
Selama 2 hari post partum, jumlah sedang dan warna merah, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum
2)   Lochea sanguinolenta
Hari ke 3 – 7 post partum, berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendir
3)   Lochea serosa
Hari ke 7 – 14 pasca persalinan. Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
4)   Lochea alba
Setelah 2 minggu, cairan putih
5)   Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
6)   Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya
(Mochtar, Rustam. 1998)
h.      Serviks
Setelah mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium uteri eskterna (OUE) dapat dilalui oleh 2 atau 3 jari tangan, setelah 6 minggu post partum OUE menutup.
i.        Vulva Vagina
Setelah mengalami penekanan dan penegangan yang sangat besar selama proses persalinan, vulva vagina akan tetap mengendur selama beberapa hari. Setelah 3 minggu vulva vagina akan kembali normal. Orifieium vagina biasanya membuka setelah wanita melahirkan.
j.        Perineum
Perineum menjadi kendor. Pada hari ke-5 post partum perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus ototnya.
(Mochtar, Rustam. 1998)
k.      Payudara
Dengan dimulainya laktasi, payudara akan sedikit tegang, nyeri, lebih besar, dan lebih kencang.
l.        Psikologis
Pada masa nifas terjadi adaptasi pdikologis yang dibagi dalam beberapa fase, yaitu :
·      Fase Taking In (ketergantungan)
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan diri sendiri, pasif dan berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya, tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
·      Fase Taking Hold (Perpindahan dari ketergantungan ke mandiri)
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuh, misalnya BAB, BAK, melakukan aktivitas duduk, jalan, dan juga mulai belajar tentang perawatan anaknya. Sering timbul kurang percaya diri.
·      Fase Letting Go (Perpindahan dari mandiri ke peran ibu)
Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri dan bayinya. Merasa bayi terpisah dari dirinya
(Saifuddin, Abdul Bari. 2002)

  1. Tujuan Perawatan Post Natal
Semua aspek pada perawatan post natal dimaksudkan agar pada saat keluar dari rumah sakit, ibu berada dalam keadaan yang sehat dan mengetahui cara merawat anaknya. Mendapatkan cukup istirahat sehingga tubuh dan pikirannya dapat puluh kembali setelah menjalani berbagai tugas fisik serta emosinal selama hamil dan bersalin.
Menghindari infeksi dapat menghambat kesembuhan jaringan yang cedera. Dapat melakukan pemberian ASI secara memuaskan atau memiliki keyakinan dan melaksanakan pemberian susu buatan. Belajar merawat, menggantikan pakaian, pemberian susu, dan membujuk bayinya ketika rewel atau menangis.
(Christina, Ibrahim. 1994)
  1. Perawatan Masa Nifas
a.       Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu pemulihan seperti :
·        Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10x.
·        Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
·        Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
·        Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus mengerjakan sebanyak 30 kali.
b.      Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca persalinan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit
c.       Miksi
Hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan perdarahan
d.      Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3 – 4 pasca persalinan, bila tidak bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma
e.       Perawatan Payudara
·      Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu
·      Menggunakan BH yang menyokong payudara
·      Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
·      Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok
·      Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam
·      Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
-          Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
-          Urut payudara dari arah pangkal menuju putting susu atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara arah Z pada menuju putting
-          Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
-          Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan
-          Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
(Christina, Ibrahim. 1994)
f.       Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum
Ø Tanda ASI cukup :
·      Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam
·      Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
·      Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup
·      Bayi menyusu 10 – 11 kali dalam 24 jam
·      Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui
·      Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI
·      Bayi bertambah berat badannya
Ø ASI tidak cukup
·      Jarang disusui
·      Bayi diberi makan lain
·      Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui
g.      Senggama
Secara fisik aman untuk mulai berhubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
h.      Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang atau tidur selagi bayi tidur, kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi dan memperbanyak jumlah perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri.
i.        Pemeriksaan pasca persalinan, meliputi pemeriksaan umum, keadaan umum, payudara, dinding perut, secret vagina, keadaan alat kandungan
j.        Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mulai depan ke belakang yaitu dari vulva ke anus. Sarankan untuk mengganti pembalut minimal 2x sehari, sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya, jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan untuk tidak menyentuh luka tersebut.
(Christina, Ibrahim. 1994)


k.      KB
Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun lagi sebelum ibu hamil lagi. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan. Sebelum menggunakan KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan yaitu bagaimana efektivitasnya, kelebihan / keuntungan, efek samping, cara menggunakan metode itu, kapan mulai digunakan dan waktu kontrolnya
l.        Nasehat untuk Ibu Nifas
·        Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
·        Sebaiknya bayi disusui
·        Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
·        Untuk kesehatan ibu dan bayi, serta keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak
·        Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi
(Christina, Ibrahim. 1994)

1.2 Konsep Dasar Perdarahan Post Partum (Haemorrhage Post Partum)
  1. Pengertian
·     Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung.                         
  (Manuaba, 1998 : 295)
·     Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml, dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga perdarahan karena retensio plasenta.             
     (Mochtar, Rustam. 1998)
·     Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah melahirkan.                      
       (Syaifuddin, Abdul Bari. 2002)
·     Perdarahan post partum (HPP) adalah apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml                                                
            (Sarwono. 2002)
  1. Macam-macam Perdarahan Post Partum
a.       Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b.      Perdarahan Post Partum Sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membrane.
(Manuaba, 1998)
  1. Faktor-faktor Perdarahan Post Partum
·         Grande Multipara
·         Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
·         Persalinan yang dilakukan dengan tindakan, pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa.
(Manuaba, 1998)
·         Perdarahan Pasca Partus Primer (dini)
-         Atonia Uteri
-         Retensio Plasenta
-         Plasenta Rest
-         Trauma persalinan rupture uteri dan hematoma
-         Gangguan pembekuan darah
·         Perdarahan Pasca Partus Sekunder
-         Plasenta rest dan tertinggalnya selaput ketuban
-         Trauma persalinan, bekas SC – pembuluh darah terbuka
-         Infeksi menimbulkan sub involusi bekas implantasi plasenta
(Kapita Selekta, 2001)
  1. Predisposisi
a.       Keadaan umum lemah – anemia
b.      Multiparitas
c.       Pasca tindakan operasi vaginal
d.      Distensi uterus berlebihan
-          Hidramnion
-          Hamil ganda
e.       Kelelahan Ibu
-          Prolog Labour
-          Neglebed Labour
f.       Trauma Persalinan
-          Robekan vagina dan perineum
-          Robekan serviks
-          Robekan vorniks
-          Robekan uterus
g.      Gangguan kontraksi : covulaire uteri
(Manuaba, 2001)
  1. Diagnosis
Tanda dan Gejala yang selalu ada
Tanda dan Gejala yang kadang-kadang ada
Diagnosa Kemungkinan
·   Uterus tidak berkontraksi dan lembek
·   Perdarahan segera setelah anak lahir / primer
·   Perdarahan segera (primer)
·   Uterus berkontraksi baik
·   Plasenta lengkap
·      Syok

·      Pucat

·      Lemah

·      Menggigil

·    Atonia Uteri

·    Robekan jalan lahir
·   Plasenta belum lahir setelah 30 menit
·   Perdarahan segera

·   Uterus berkontraksi baik
·      Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan
·      Inversio uteri akibat tarikan
·      Perdarahan lanjutan
·    Retensio plasenta
·   Plasenta atau sebagian selaput (yang mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
·   Perdarahan segera
·      Uterus berkontraksi tapi TFU tidak berkurang
·    Tertinggalnya plasenta
·   Uterus tidak teraba
·   Lumen vagina terisi massa
·   Tampar tali pusat (jika plasenta belum lahir)
·   Nyeri sedikit / berat perdarahan segera
·      Syok Neurogenik
·      Pucat
·    Inversio Uteri
·   Sub Involusi Uteri
·   Nyeri tekan perut bagian bawah
·   Perdarahan > 24 jam setelah persalinan
·      Anemia
·      Demam
·    Perdarahan terlambat atau sisa plasenta
·   Perdarahan segera (intra abdominal dan atau vaginal)
·   Nyeri perut berat
·      Syok
·      Nyeri tekan perut
·      Denyut nadi cepat
·    Ruptura uteri
(Sarwono, 2002)

  1. Penanganan
v  Pencegahan perdarahan postpartum
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infuse dan obat-obatan penguat rahim (Uterotonika). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinan (= sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.
v  Pengobatan Perdarahan Kala Uri
Sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri ialah :
1.      Berikan oksitosin
2.      Cobalah mengeluarkan plasenta menurut cara crede (1 – 2 kali)
3.      Keluarkan plasenta dengan tangan
Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan jika (a) ada sangkaan akan terjadi perdarahan post partum (b) ada perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc) (c) terjadi retensio plasenta (d) dilakukan tindakan obstetric dalam narkosa atau (e) ada riwayat perdarahan post partum pada persalinan yang lalu.
Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dana masih terdapat perdarahan, segera lakukan utero – vaginal tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3 hari berturut-turut, dan pada hari ke empat baru dilakukan kuretase untuk membersihkannya.
Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.
v Pengobatan perdarahan post partum pada tonia uteri
Tergantung pada banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi dalam 3 tahap.
Tahap I       : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan cara pemberian uterotonika mengurut rahim (massage) dan memasang gurita
Tahap II     :  Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan infus dan transfusi darah dan dapat dilakukan.
-     Perasat (maneuver ) zangemeister
-     Perasat (maneuver) friteh
-     Kompresi bimanual
-     Kompresi aorta
-     Tamponade utero – vaginal
-     Jepitan arteri uterina dengan cara Henkel
Tamponade utero – vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat hasilnya masih memuaskan, terutama di daerah pedesaan dimana fasilitas lainnya sangat minim / tidak ada
Tahap III    :   Bila semua upaya di atas tidak menolong juga, maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh dan cara, yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau histeroktomi.
(Mochtar, Rustam. 1998)
7.      Prognosis
Perdarahan post partum masih merupakan ancaman merupakan ancaman yang tidak terduga walaupun dengan pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan post partum masih merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern, “perdarahan post partum tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin”. Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih beranggapan, bahwa darahnya adalah merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri.
Pada perdarahan post partum angka kematian ibu sebesar 7,9% dan 1,8 – 4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena banyak penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
(Mochtar, Rustam. 1998)