Jumat, 05 Oktober 2012

konsep persalinan dan KPD


BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1  KONSEP DASAR PERSALINAN
1.      Pengertian
·         Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan / dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir / melalui jalan lain dengan bantuan / tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998 : 157)
·         Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain.
(Mochtar, Rustam, 1998 : 91)
·         Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan / hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Unpad, 1983 : 221)
·         Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(FK. UI, 2001 : 291)
2.      Macam persalinan berdasarkan definisi
a.       Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.
b.       Persalinan buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c.       Persalinan anjuran                       
(Manuaba, 1998 : 107)
3.      Etiologi
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan

a.       Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
b.      Teori Plasenta menjadi Tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.
c.       Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero – plasenter.
d.      Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fluxus frankenhauser) dimana bila digeser dan ditekan oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e.       Induksi Partus
-          Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fluxus frankenhauser.
-          Amniotomi : pemecahan ketuban.
-          Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infus.
-          Persalinan dengan tindakan operasi (SC).
(Mochtar, Rustam, 1998 : 92 – 93)
4.      Tanda-tanda Persalinan
a.       Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
b.       Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan pembuluh darah di serviks.
c.       Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d.      Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar dan pembukaan telah ada.
(Mochtar, Rustam, 1998 : 93)

5.      Tanda – tanda Inpartu
  1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering, dan teratur
  2. Keluar lendir bercampur darah (bloodshow) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks
  3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya
  4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada
6.      Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
a.       Power
-          His (kontraksi otot rahim).
-          Kontraksi otot dinding perut.
-          Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.
-          Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotondum.
b.      Passanger
Janin dan plasenta.
c.       Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
d.      Psikis wanita (ibu)
e.       Penolong
(Manuaba, 1998 : 160)
7.      Kala Persalinan
Inpartu (partus dimulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena seviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (efficement), darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika seviks mendatar dan terbuka.
Kala dalam persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm)
Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan meneran mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV : Waktu dari lahirnya uri selama 1 – 2 jam
Kala I (Kala Pembukaan)
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
1.      Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7 – 8 jam
2.      Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :
-          Periode akselerasi : berlangsung dalam 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
-          Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
-          Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Setelah serviks membuka lengkap, his terkoordinir kuat cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali dengan durasi 50-100 detik. Kepala janin turun masuk ruang panggul menekan otot-otot dasar panggul secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan sehingga ibu merasa ingin BAB dengan tanda anus terbuka. Saat his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan his mengedan terpimpin akan lahir diikuti seluruh badan bayi, kala II pada primi berlangsung 1½ - 2 jam sedangkan pada multi berlangsung ½ - 1 jam.
Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 – 10 menit. Uterus teraba keras dengan fundus uteri teraba setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x daripada sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-30 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.
Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
(Mochtar, Rustam, 1998 : 94 – 97)

1.2  KONSEP DASAR KPD
1.      Pengertian
§  Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan 1 jam atau lebih sebelum terjadinya persalinan.
(Hamilton)
§  Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan.
(Manuaba, 1998)
§  Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air vagina setelah kehamilan 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm, sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
(Saifudin, 2002 : M-112)
§  Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi kurang dari 5 cm.
(Mochtar, Rustam, 1998)
2.      Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga disebabkan karena inkompetensi servik. Polihidramnion / hidramnion, mal presentasi janin (seperti letak lintang) dan juga infeksi vagina / serviks.
(Prawirohardjo, 2002 : 218)
3.      Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban antara lain :
a.       Korio amnionitis, menyebabkan selaput ketuban jadi rapuh.
b.      Inkompetensi servik yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri.
c.       Kelainan otak sehingga tidak ada bagian terendah anak yang menutup PAP, yang dapat mengurangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
d.      Trauma yang menyebabkan tekanan intra uterin mendadak meningkat.
e.       Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C (Asam Askorbat).
(Unair, 1994)
4.      Diagnosis / Penilaian Klinik
a.       Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan pemeriksaan inspeculo, adalah cairan keluar melalui osteum uteri / terkumpul di forniks posterior.
b.      Tentukan usia kehamilan, jika perlu dengan USG.
c.       Tentukan ada tidaknya infeksi :
§  Suhu 38oC / lebih.
§  Air ketuban keruh dan bau.
§  Leukosit darah > 15000/m3
§  Janin mengalami takikardi karena mengalami infeksi intra uterin.
d.      Tentukan tanda-tanda inpartu yaitu adanya kontraksi yang teratur.
e.       Bau cairan ketuban yang khas.
f.       Tes lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru, menunjukkan adanya cairan ketuban.
g.      Tes pakis yaitu meneteskan cairan ketuban pada obyek glass dan biarkan kering pada pemeriksaan mikroskop menunjukkan kristal cairan amnion dan menunjukkan gambaran pakis.
h.      Jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
i.        Tentukan pecahnya selaput ketuban, ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin / meminta pasien batuk / mengejan.
(Saifudin, 2001 : 218)
5.      Tanda dan Gejala
a.       Ketuban pecah tiba-tiba.
b.      Cairan tampak di introitus.
c.       Tidak ada his dalam 1 jam.
(Saifudin, 2002 : M : 113)
6.      Komplikasi
a.       Pada Bayi
- IUFD
- Asfiksia
- Prematuritas
b.      Pada Ibu
- Partus lama
- Infeksi intrauterin
- Atonia uteri
- Infeksi nifas
- Perdarahan post partum
7.      Penanganan
a.       Rawat di rumah sakit
b.      Jangan melakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi.
c.       Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut kemungkinan solusi plasenta.
d.      Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik yaitu ampicilin 2 mg IV setiap 6 jam ditambah gentamicin 5 mg/kg BB setiap 24 jam. Jika persalinan pervaginam hentikan antibiotic pasca persalinan
(Saifudin, 2002 : M-114)
e.       Jika tidak ada infeksi dan usia kehamilan > 37 minggu.
·         Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis 2 gr IV setiap 6 jam / penicillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan.
·         Nilai serviks, jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin / lahirkan dengan SC.
8.      Penatalaksanaan
a.    Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu) penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan obat antibiotik, profilaksis, spasmolitik dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
b.   Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu) lakukan induksi partus 6-12 jam setelah long phase dan berikan antibiotic profilaksis, pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan drip oksitosin gagal maka lakukan tindakan operatif, jika pada PROM penyelesaian persalinan bisa :
·        Partus spontan
·        Ekstraksi vacuum
·        Ekstraksi forcep
·        Embriotomi bila anak sudah meninggal.
·        SC bila ada indikasi obstetric.



DAFTAR PUSTAKA

Hacker, Neville. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri :Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Saifuddin. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar