BAB
I
TINJAUAN
TEORI
1.1 KONSEP DASAR PERSALINAN
1. Pengertian
·
Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan / dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir / melalui jalan lain dengan bantuan / tanpa
bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba,
1998 : 157)
·
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari
rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain.
(Mochtar,
Rustam, 1998 : 91)
·
Persalinan adalah serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan / hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Unpad,
1983 : 221)
·
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina
kedunia luar.
(FK.
UI, 2001 : 291)
2. Macam
persalinan berdasarkan definisi
a. Persalinan
spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan sendiri.
b. Persalinan
buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan
anjuran
(Manuaba, 1998 : 107)
3. Etiologi
Beberapa
teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan
a. Teori
Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai
terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
b. Teori
Plasenta menjadi Tua
Akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini
akan menimbulkan kontraksi.
c. Teori
Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan
meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero – plasenter.
d. Teori
Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak
ganglion servikale (fluxus frankenhauser) dimana bila digeser dan ditekan oleh
kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi
Partus
-
Gagang laminaria : beberapa laminaria
dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fluxus
frankenhauser.
-
Amniotomi : pemecahan ketuban.
-
Oksitosin drips : pemberian oksitosin
menurut tetesan infus.
-
Persalinan dengan tindakan operasi (SC).
(Mochtar, Rustam, 1998 : 92 – 93)
4. Tanda-tanda
Persalinan
a. Rasa
sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
b. Keluar
lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan pembuluh darah di
serviks.
c. Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada
pemeriksaan dalam, servik mendatar dan pembukaan telah ada.
(Mochtar, Rustam, 1998 : 93)
5. Tanda
– tanda Inpartu
- Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih
kuat, sering, dan teratur
- Keluar lendir bercampur darah (bloodshow) yang
lebih banyak karena robekan kecil pada serviks
- Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya
- Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan
pembukaan telah ada
6. Faktor-faktor
Penting dalam Persalinan
a. Power
-
His (kontraksi otot rahim).
-
Kontraksi otot dinding perut.
-
Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan
mengejan.
-
Ketegangan dan kontraksi ligamentum
rotondum.
b. Passanger
Janin dan plasenta.
c. Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
d. Psikis
wanita (ibu)
e. Penolong
(Manuaba, 1998 : 160)
7. Kala
Persalinan
Inpartu (partus dimulai) ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah (bloody show), karena seviks mulai membuka (dilatasi)
dan mendatar (efficement), darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler
sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika seviks mendatar dan
terbuka.
Kala dalam persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap (10 cm)
Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus
dengan kekuatan his ditambah kekuatan meneran mendorong janin keluar hingga
lahir
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV : Waktu dari lahirnya uri selama 1 – 2 jam
Kala I (Kala Pembukaan)
Kala
pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
1. Fase
laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7 – 8 jam
2. Fase
aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu :
-
Periode akselerasi : berlangsung dalam 2
jam, pembukaan menjadi 4 cm
-
Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
-
Periode deselerasi : berlangsung lambat,
dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm
Kala
II (Kala Pengeluaran Janin)
Setelah serviks membuka lengkap, his terkoordinir
kuat cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali dengan durasi 50-100
detik. Kepala janin turun masuk ruang panggul menekan otot-otot dasar panggul secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan sehingga ibu merasa ingin BAB dengan
tanda anus terbuka. Saat his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang, dengan his mengedan terpimpin akan lahir diikuti seluruh
badan bayi, kala II pada primi berlangsung 1½ - 2 jam sedangkan pada multi
berlangsung ½ - 1 jam.
Kala
III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi uterus berhenti
sekitar 5 – 10 menit. Uterus teraba keras dengan fundus uteri teraba setinggi
pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x daripada sebelumnya. Beberapa
saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-30 menit
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.
Kala
IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
uri lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum.
(Mochtar, Rustam, 1998 : 94 – 97)
1.2 KONSEP DASAR KPD
1. Pengertian
§ Ketuban
pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan 1 jam atau lebih
sebelum terjadinya persalinan.
(Hamilton)
§ Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan
ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan.
(Manuaba, 1998)
§ Ketuban
pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air vagina setelah kehamilan 22
minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm,
sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
(Saifudin, 2002 : M-112)
§ Ketuban
pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang
dari 3 cm dan multi kurang dari 5 cm.
(Mochtar, Rustam, 1998)
2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga disebabkan karena
inkompetensi servik. Polihidramnion / hidramnion, mal presentasi janin (seperti
letak lintang) dan juga infeksi vagina / serviks.
(Prawirohardjo, 2002 : 218)
3. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan
pecahnya selaput ketuban antara lain :
a. Korio
amnionitis, menyebabkan selaput ketuban jadi rapuh.
b. Inkompetensi
servik yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri.
c. Kelainan
otak sehingga tidak ada bagian terendah anak yang menutup PAP, yang dapat
mengurangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
d. Trauma
yang menyebabkan tekanan intra uterin mendadak meningkat.
e. Defisiensi
gizi dari tembaga dan vitamin C (Asam Askorbat).
(Unair, 1994)
4. Diagnosis
/ Penilaian Klinik
a. Tentukan
pecahnya selaput ketuban dengan pemeriksaan inspeculo, adalah cairan keluar
melalui osteum uteri / terkumpul di forniks posterior.
b. Tentukan
usia kehamilan, jika perlu dengan USG.
c. Tentukan
ada tidaknya infeksi :
§ Suhu
38oC / lebih.
§ Air
ketuban keruh dan bau.
§ Leukosit
darah > 15000/m3
§ Janin
mengalami takikardi karena mengalami infeksi intra uterin.
d. Tentukan
tanda-tanda inpartu yaitu adanya kontraksi yang teratur.
e. Bau
cairan ketuban yang khas.
f. Tes
lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru, menunjukkan adanya cairan
ketuban.
g. Tes
pakis yaitu meneteskan cairan ketuban pada obyek glass dan biarkan kering pada
pemeriksaan mikroskop menunjukkan kristal cairan amnion dan menunjukkan
gambaran pakis.
h. Jika
keluar cairan ketuban sedikit-sedikit tampung cairan yang keluar dan nilai 1
jam kemudian.
i.
Tentukan pecahnya selaput ketuban,
ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba
dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin / meminta pasien batuk / mengejan.
(Saifudin, 2001 : 218)
5. Tanda
dan Gejala
a. Ketuban
pecah tiba-tiba.
b. Cairan
tampak di introitus.
c. Tidak
ada his dalam 1 jam.
(Saifudin, 2002
: M : 113)
6. Komplikasi
a. Pada
Bayi
- IUFD
- Asfiksia
- Prematuritas
b. Pada
Ibu
- Partus
lama
- Infeksi
intrauterin
- Atonia
uteri
- Infeksi
nifas
- Perdarahan
post partum
7. Penanganan
a. Rawat
di rumah sakit
b. Jangan
melakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan
dapat mengundang infeksi.
c. Jika
ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut kemungkinan solusi plasenta.
d. Jika
ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik yaitu
ampicilin 2 mg IV setiap 6 jam ditambah gentamicin 5 mg/kg BB setiap 24 jam.
Jika persalinan pervaginam hentikan antibiotic pasca persalinan
(Saifudin, 2002
: M-114)
e. Jika
tidak ada infeksi dan usia kehamilan > 37 minggu.
·
Jika ketuban telah pecah > 18 jam,
berikan antibiotika profilaksis 2 gr IV setiap 6 jam / penicillin G 2 juta unit
IV setiap 6 jam sampai persalinan.
·
Nilai serviks, jika serviks sudah
matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum matang,
matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin / lahirkan dengan
SC.
8. Penatalaksanaan
a. Bila
anak belum viable (kurang dari 36 minggu) penderita dianjurkan untuk
beristirahat di tempat tidur dan obat antibiotik, profilaksis, spasmolitik dan
roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
b. Bila
anak sudah viable (lebih dari 36 minggu) lakukan induksi partus 6-12 jam
setelah long phase dan berikan antibiotic profilaksis, pada kasus-kasus
tertentu dimana induksi partus dengan drip oksitosin gagal maka lakukan
tindakan operatif, jika pada PROM penyelesaian persalinan bisa :
·
Partus spontan
·
Ekstraksi vacuum
·
Ekstraksi forcep
·
Embriotomi bila anak sudah meninggal.
·
SC bila ada indikasi obstetric.
DAFTAR
PUSTAKA
Hacker, Neville. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :
EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri :Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Saifuddin. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar