BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Masa Nifas
- Pengertian
·
Masa nifas adalah pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas yaitu 6 – 8 minggu.
(Mochtar, Rustam. 1998 : 115)
·
Masa Puerperium atau nifas mulai setelah partus
selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Prawirohardjo. 1999 : 273)
·
Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau
42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Dijumpai dua kegiatan penting pada puerperium yaitu
involusi uterus dan proses laktasi.
(Manuaba. 1998 : 190)
- Periode Nifas
Nifas dibagi 3 periode, yaitu :
·
Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, dan
berjalan-jalan. Dengan agama dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari
·
Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
·
Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna bi;a selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa
berminggu – minggu, bulanan atau tahunan.
(Mochtar, Rustam. 1998)
- Perubahan Fisiologis, Anatomi, dan
Psikologis pada Masa Nifas
Selama periode nifas terjadi banyak perubahan pada wanita, baik secara
anatomi, fisiologis, maupun dari segi psikologis. Perubahan tersebut
diantaranya adalah :
a.
Hormonal
·
Beberapa jam setelah plasenta terlepas, kadar
hormon plasenta (LH dan HCG) menurun dengan cepat. Dalam 2 hari LH sudah tidak
terdeteksi dalam serum dan HCG dalam waktu 10 hari juga tidak dapat terdeteksi
·
Kadar estrogen dan progesterone dalam serum
menurun dalam waktu 3 hari post partum, dan mencapai kadar normal sebelum hamil
dalam waktu 7 hari post partum
·
Hormon prolaktin meningkat setelah bayi menyusui
b.
Sistem Kardiovaskuler
·
Pulih dalam keadaan seperti sebelum hamil dalam
waktu 2 minggu
·
Pada 24 jam pertama, beban tambahan pada jantung
yang disebabkan oleh adanya hipovolemik
·
Penurunan kadar estrogen menyebabkan terjadi
dieresis yang berlebihan dan plasma darah tidak begitu mengandung cairan,
sehingga daya koagulasi meningkat
Hal ini harus dicegah dengan ambulasi dini
·
Jumlah sel darah dan hemoglobin akan kembali
normal pada hari ke-5
c.
Sistem Gestasional
Seringkali terjadi konstipasi karena :
·
Faal usus belum normal, akan kembali normal
dalam 3 – 4 hari
·
Asupan makanan yang menurun selama proses
persalinan dan hari pertama pasca persalinan
·
Rasa nyeri pada bagian perineum yang mungkin
dapat menghalangi keinginan BAB
·
Gerakan tubuh berkurang
d.
Traktus Urinarius
·
Dalam waktu 24 jam pertama kemungkinan terjadi
kesulitan BAK, karena kemungkinan terjadi spasme sfingter dan oedema leher
buli-buli, setelah mengalami kompresi oleh kepala janin dengan tulang symphisis
selama proses persalinan
·
Terjadi dieresis dalam waktu 12 – 36 jam post
partum, karena kadar estrogen yang bersifat retensi air.
e.
Uterus
Ukuran Tinggi Fundus Uteri
Involusi
|
TFU
|
Berat
Uterus
|
Bayi Lahir
Uri Lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu
|
Setinggi pusat
2 jari bawah
pusat
Pertengahan
pusat symphisis
Tidak teraba
di atas symphisis
Bertambah
kecil
Sebesar normal
|
1000
gr
750
gr
500
gr
350
gr
50
gr
30
gr
|
f.
Luka Bekas Implantasi Plasenta
Plasenta bisa mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kanan uteri
dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6
menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
g.
Lochea
Adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
1)
Lochea rubra
Selama 2 hari post partum, jumlah sedang dan warna merah, berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo
dan mekoneum
2)
Lochea sanguinolenta
Hari ke 3 – 7 post partum, berwarna merah kekuningan berisi darah dan
lendir
3)
Lochea serosa
Hari ke 7 – 14 pasca persalinan. Berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi
4)
Lochea alba
Setelah 2 minggu, cairan putih
5)
Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
6)
Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya
(Mochtar, Rustam. 1998)
h.
Serviks
Setelah mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium uteri eskterna (OUE) dapat dilalui oleh 2 atau 3 jari tangan, setelah 6
minggu post partum OUE menutup.
i.
Vulva Vagina
Setelah mengalami penekanan dan penegangan yang sangat besar selama
proses persalinan, vulva vagina akan tetap mengendur selama beberapa hari.
Setelah 3 minggu vulva vagina akan kembali normal. Orifieium vagina biasanya
membuka setelah wanita melahirkan.
j.
Perineum
Perineum menjadi kendor. Pada hari ke-5 post partum perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian tonus ototnya.
(Mochtar, Rustam. 1998)
k.
Payudara
Dengan dimulainya laktasi, payudara akan sedikit tegang, nyeri, lebih
besar, dan lebih kencang.
l.
Psikologis
Pada masa nifas terjadi adaptasi pdikologis yang dibagi dalam beberapa
fase, yaitu :
·
Fase Taking In (ketergantungan)
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan diri sendiri, pasif dan
berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya, tetapi
bukan berarti tidak memperhatikan.
·
Fase Taking Hold (Perpindahan dari
ketergantungan ke mandiri)
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuh, misalnya BAB, BAK,
melakukan aktivitas duduk, jalan, dan juga mulai belajar tentang perawatan
anaknya. Sering timbul kurang percaya diri.
·
Fase Letting Go (Perpindahan dari mandiri ke
peran ibu)
Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri dan bayinya. Merasa
bayi terpisah dari dirinya
(Saifuddin, Abdul Bari. 2002)
- Tujuan Perawatan Post Natal
Semua aspek pada perawatan post natal dimaksudkan agar
pada saat keluar dari rumah sakit, ibu berada dalam keadaan yang sehat dan
mengetahui cara merawat anaknya. Mendapatkan cukup istirahat sehingga tubuh dan
pikirannya dapat puluh kembali setelah menjalani berbagai tugas fisik serta
emosinal selama hamil dan bersalin.
Menghindari infeksi dapat menghambat kesembuhan
jaringan yang cedera. Dapat melakukan pemberian ASI secara memuaskan atau
memiliki keyakinan dan melaksanakan pemberian susu buatan. Belajar merawat,
menggantikan pakaian, pemberian susu, dan membujuk bayinya ketika rewel atau
menangis.
(Christina, Ibrahim. 1994)
- Perawatan Masa Nifas
a.
Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu pemulihan seperti :
·
Dengan tidur terlentang dengan lengan di
samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan
angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10x.
·
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan
kegel)
·
Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan
otot-otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 kali
·
Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan setiap minggu naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu
harus mengerjakan sebanyak 30 kali.
b.
Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan
harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,
pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca persalinan. Minum sedikitnya 3
liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit
c.
Miksi
Hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih yang penuh
dapat menyebabkan perdarahan
d.
Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3 – 4 pasca persalinan, bila tidak
bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma
e.
Perawatan Payudara
·
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
terutama putting susu
·
Menggunakan BH yang menyokong payudara
·
Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum
atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
·
Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama
24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok
·
Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum
parasetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam
·
Apabila payudara bengkak akibat pembendungan
ASI, lakukan :
-
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
-
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting susu
atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara arah Z pada menuju putting
-
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga putting susu menjadi lunak
-
Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan
-
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
(Christina, Ibrahim. 1994)
f.
Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi
perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum
Ø
Tanda ASI cukup :
·
Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam
·
Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
·
Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar,
bangun dan tidur cukup
·
Bayi menyusu 10 – 11 kali dalam 24 jam
·
Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap
kali menyusui
·
Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI
·
Bayi bertambah berat badannya
Ø
ASI tidak cukup
·
Jarang disusui
·
Bayi diberi makan lain
·
Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis
menyusui
g.
Senggama
Secara fisik aman untuk mulai berhubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan,
aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
h.
Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang atau tidur selagi bayi tidur, kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi dan memperbanyak jumlah
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri.
i.
Pemeriksaan pasca persalinan, meliputi pemeriksaan
umum, keadaan umum, payudara, dinding perut, secret vagina, keadaan alat
kandungan
j.
Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mulai depan
ke belakang yaitu dari vulva ke anus. Sarankan untuk mengganti pembalut minimal
2x sehari, sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan alat kelaminnya, jika ibu mempunyai luka episiotomy atau
laserasi sarankan untuk tidak menyentuh luka tersebut.
(Christina, Ibrahim. 1994)
k.
KB
Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun lagi sebelum ibu hamil lagi.
Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan. Sebelum
menggunakan KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan yaitu bagaimana
efektivitasnya, kelebihan / keuntungan, efek samping, cara menggunakan metode
itu, kapan mulai digunakan dan waktu kontrolnya
l.
Nasehat untuk Ibu Nifas
·
Fisioterapi post natal sangat baik bila
diberikan
·
Sebaiknya bayi disusui
·
Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
·
Untuk kesehatan ibu dan bayi, serta keluarga
sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak
·
Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi
(Christina, Ibrahim. 1994)
1.2 Konsep Dasar Perdarahan Post Partum
(Haemorrhage Post Partum)
- Pengertian
·
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung.
(Manuaba, 1998 : 295)
·
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih
dari 500 – 600 ml, dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini
dimasukkan juga perdarahan karena retensio plasenta.
(Mochtar, Rustam.
1998)
·
Perdarahan post partum adalah perdarahan
pervaginam yang melebihi 500 ml setelah melahirkan.
(Syaifuddin, Abdul Bari. 2002)
·
Perdarahan post partum (HPP) adalah apabila
perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml
(Sarwono.
2002)
- Macam-macam Perdarahan Post Partum
a.
Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b.
Perdarahan Post Partum Sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membrane.
(Manuaba, 1998)
- Faktor-faktor Perdarahan Post Partum
·
Grande Multipara
·
Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
·
Persalinan yang dilakukan dengan tindakan,
pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa.
(Manuaba, 1998)
·
Perdarahan Pasca Partus Primer (dini)
-
Atonia Uteri
-
Retensio Plasenta
-
Plasenta Rest
-
Trauma persalinan rupture uteri dan hematoma
-
Gangguan pembekuan darah
·
Perdarahan Pasca Partus Sekunder
-
Plasenta rest dan tertinggalnya selaput ketuban
-
Trauma persalinan, bekas SC – pembuluh darah terbuka
-
Infeksi menimbulkan sub involusi bekas implantasi
plasenta
(Kapita Selekta, 2001)
- Predisposisi
a.
Keadaan umum lemah – anemia
b.
Multiparitas
c.
Pasca tindakan operasi vaginal
d.
Distensi uterus berlebihan
-
Hidramnion
-
Hamil ganda
e.
Kelelahan Ibu
-
Prolog Labour
-
Neglebed Labour
f.
Trauma Persalinan
-
Robekan vagina dan perineum
-
Robekan serviks
-
Robekan vorniks
-
Robekan uterus
g.
Gangguan kontraksi : covulaire uteri
(Manuaba, 2001)
- Diagnosis
Tanda
dan Gejala yang selalu ada
|
Tanda
dan Gejala yang kadang-kadang ada
|
Diagnosa
Kemungkinan
|
·
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
·
Perdarahan segera setelah anak lahir / primer
·
Perdarahan segera (primer)
·
Uterus berkontraksi baik
·
Plasenta lengkap
|
·
Syok
·
Pucat
·
Lemah
·
Menggigil
|
·
Atonia Uteri
·
Robekan jalan lahir
|
·
Plasenta belum lahir setelah 30 menit
·
Perdarahan segera
·
Uterus berkontraksi baik
|
·
Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan
·
Inversio uteri akibat tarikan
·
Perdarahan lanjutan
|
·
Retensio plasenta
|
·
Plasenta atau sebagian selaput (yang
mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
·
Perdarahan segera
|
·
Uterus berkontraksi tapi TFU tidak berkurang
|
·
Tertinggalnya plasenta
|
·
Uterus tidak teraba
·
Lumen vagina terisi massa
·
Tampar tali pusat (jika plasenta belum lahir)
·
Nyeri sedikit / berat perdarahan segera
|
·
Syok Neurogenik
·
Pucat
|
·
Inversio Uteri
|
·
Sub Involusi Uteri
·
Nyeri tekan perut bagian bawah
·
Perdarahan > 24 jam setelah persalinan
|
·
Anemia
·
Demam
|
·
Perdarahan terlambat atau sisa plasenta
|
·
Perdarahan segera (intra abdominal dan atau
vaginal)
·
Nyeri perut berat
|
·
Syok
·
Nyeri tekan perut
·
Denyut nadi cepat
|
·
Ruptura uteri
|
(Sarwono, 2002)
- Penanganan
v
Pencegahan perdarahan postpartum
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada
kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu
hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit.
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum,
kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil
mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infuse dan obat-obatan
penguat rahim (Uterotonika). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka
vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau
kombinasi dengan 5 satuan sintosinan (= sintometrin intravena). Hasilnya
biasanya memuaskan.
v
Pengobatan Perdarahan Kala Uri
Sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri ialah :
1.
Berikan oksitosin
2.
Cobalah mengeluarkan plasenta menurut cara crede (1 – 2
kali)
3.
Keluarkan plasenta dengan tangan
Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah
janin lahir dilakukan jika (a) ada sangkaan akan terjadi perdarahan post partum
(b) ada perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc) (c) terjadi retensio
plasenta (d) dilakukan tindakan obstetric dalam narkosa atau (e) ada riwayat
perdarahan post partum pada persalinan yang lalu.
Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat
dana masih terdapat perdarahan, segera lakukan utero – vaginal tamponade selama
24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3 hari
berturut-turut, dan pada hari ke empat baru dilakukan kuretase untuk
membersihkannya.
Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka
segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.
v
Pengobatan perdarahan post partum pada tonia
uteri
Tergantung pada banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi
dalam 3 tahap.
Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan
cara pemberian uterotonika mengurut rahim (massage) dan memasang gurita
Tahap II : Bila perdarahan belum
berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan infus dan transfusi darah
dan dapat dilakukan.
-
Perasat (maneuver ) zangemeister
-
Perasat (maneuver) friteh
-
Kompresi bimanual
-
Kompresi aorta
-
Tamponade utero – vaginal
-
Jepitan arteri uterina dengan cara Henkel
Tamponade utero – vaginal walaupun secara fisiologis
tidak tepat hasilnya masih memuaskan, terutama di daerah pedesaan dimana
fasilitas lainnya sangat minim / tidak ada
Tahap III : Bila semua upaya di atas
tidak menolong juga, maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber
perdarahan, dapat ditempuh dan cara, yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika
atau histeroktomi.
(Mochtar, Rustam. 1998)
7. Prognosis
Perdarahan post partum masih
merupakan ancaman merupakan ancaman yang tidak terduga walaupun dengan
pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan post partum masih merupakan salah
satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat para ahli
kebidanan modern, “perdarahan post partum tidak perlu membawa kematian pada ibu
bersalin”. Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini
sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta fasilitas
lainnya. Dalam masyarakat kita masih beranggapan, bahwa darahnya adalah
merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun
untuk menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri.
Pada perdarahan post partum angka
kematian ibu sebesar 7,9% dan 1,8 – 4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena
banyak penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek
dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
(Mochtar, Rustam. 1998)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar